Prinsip Dasar Listrik
Judul asli artikel ini adalah "Prinsip Dasar Listrik
Menurut Al-Qur'an" dan memang artikel lama karena sudah diposting di
www.waspada.co.id pada hari Jumat, 28 September 2007 01:54 WIB.
Terlepas dari keyakinan kita, apapun agama dan keyakinan
anda, artikel ini memang layak untuk dibaca, karena ternyata ALLAH SWT - Tuhan
Y.M.E- sudah memberikan bocoran teknologi kelistrikannya kepada manusia beribu
tahun yang lalu.
Berikut artikelnya, selamat membaca dan berpikir....?!?!!!?
"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang
di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah
timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir
menerangi walaupun tidak di sentuh api, cahaya di atas cahaya, Allah membimbing
kepada Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu."(Al-Qur'an surat
An Nur : 35)
Sekilas Tentang Listrik
Di abad modern ini, listrik sangatlah penting dalam
kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya hampir tidak ada teknologi tanpa
menggunakan listrik, dengan kata lain listrik sudah menjadi bagian penting
dalam kehidupan sehari-hari. Di Pusat Pembangkit Listrik, energi primer
(seperti minyak, batubara, gas, panas bumi dan lain-lain) di ubah menjadi
energi listrik, alat pengubah energi tersebut adalah generator / alternator,
generator mengubah energi mekanis (gerak) menjadi energi listrik. Adanya
perpindahan energi dalam suatu rangkaian akan membangkitkan medan listrik (elektro magnetik) sehingga
timbullah apa yang disebut dengan arus listrik.
Penemu Listrik dan Bola Lampu
Dalam perkembangannya, banyak ilmuwan yang telah
menyumbangkan pemikirannya tentang listrik. Namun yang paling dikenal dan
paling populer dalam sejarah kelistrikan adalah seorang berkebangsaan Inggris
yang bernama Michael Faraday (lahir tahun 1791 M), yang telah banyak
menciptakan temuannya serta mengemukakan teori-teori tentang ilmu pengetahuan
yang dikenal sampai sekarang. Salah satunya tentang pengaruh elektro magnetik
terhadap pembangkitan energi listrik yang disebut dengan Hukum Faraday
(ditemukan tahun 1831 M).
Berbicara tentang listrik tidak terlepas dengan bola lampu,
berbicara tentang bola lampu tidak terlepas dari seorang ilmuwan yang bernama
Thomas Alva Edison (lahir tahun 1847 M) yang telah berhasil menciptakan dan
mengembangkan penggunaan listrik sebagai alat penerang. Meskipun Thomas Alva
Edison dianggap sebagai penemu bola lampu namun beberapa tahun sebelumnya di
Paris, lampu sudah digunakan sebagai alat penerangan. Begitupun jauh sebelum
para ilmuwan tersebut berhasil dengan temuannya Al-Qur'an yang diturunkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW telah menulis tentang Prinsip Dasar Listrik,
yaitu dalam Surat An Nur ayat 35.
Listrik Dalam Al-Qur'an Surat An Nur ayat 35
Al-Qur'an bukan hanya berbicara tentang Ibadah, kehidupan
ataupun sejarah, ternyata Al-Qur'an juga berbicara tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi (dalam hal ini listrik) seperti surat
An Nur ayat 35, yang artinya: "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara..."
Analisa ayat: Apabila kita amati sebuah bola lampu yang
diletakkan di dinding dalam ruangan yang gelap, maka ketika lampu dinyalakan
akan memberikan cahaya/pelita ke seluruh ruangan, bola lampu tersebut seperti
sebuah lubang yang bercahaya dan cahayanya tidak tembus ke ruangan lainnya.
Bola lampu ditutupi oleh kaca yang kedap udara yang berguna
untuk menimbulkan radiasi pada kumparan yang ada dalam kaca. Efek cahaya itu
akan semakin jelas terlihat apabila lampu tersebut ditempatkan semakin tinggi,
seperti sebuah bintang yang bercahaya. Menurut penulis ayat ini menuliskan
perumpamaan sebuah lampu.
Lanjutan ayat: "...yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah
timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir
menerangi walaupun tidak di sentuh api, cahaya diatas cahaya,..."
Hal yang menarik bagi penulis adalah kalimat "...yang
tumbuh
tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah
barat..", apabila kita memperhatikan arah mata angin, kalau bukan timur
dan barat, bukankah ini berarti utara dan selatan, sedangkan dalam teori
kemagnetan utara dan selatan adalah kutub magnet, magnet (elektromagnetik)
berguna sebagai pembangkit induksi listrik untuk menghasilkan energi listrik.
Dalam ayat ini kata pohon zaitun seumpama generator dan
minyak seumpama arus listrik dimana apabila arus dengan kutub yang berbeda
dihubungkan akan menimbulkan percikan ("...minyaknya hampir-hampir
menerangi walaupun tidak disentuh api...").
Menurut penulis, ayat ini jelas-jelas menulis tentang
listrik dan bola lampu, yang disampaikan melalui perumpamaan-perumpamaan,
sesuai dengan kelanjutan ayat tersebut "...Allah membimbing kepada
Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Penutup
Tanpa mengesampingkan keilmuwan para penemu dan pencipta
listrik dan bola lampu di atas, penulis berpendapat secara teori prinsip dasar
listrik dan teori dasar tentang bola lampu telah ditulis dalam Al-Qur'an
terlebih dahulu bila dibandingkan dengan temuan-temuan para ilmuwan tersebut.
Tidak tertutup kemungkinan mereka mengambil
ayat-ayat Al-Qur'an sebagai bahan referensi dalam
menciptakan temuan mereka, mengingat Al-Qur'an telah diterjemahkan ke bahasa
asing (latin) kira-kira tahun 1135 M, tahun 1647 M Alexander Ross
menterjemahkan kedalam bahasa Inggris (menterjemahkan dari bahasa Prancis) dan
tahun 1734 oleh George Sale, tahun 1812 terjemahan George Sale di terbitkan di
London dalam edisi baru (2 jilid), disebutkan terjemahan George Sale tersebut
bersumber dari bahasa Arab.
Apalagi bila di bandingkan dengan tahun ayat ini diturunkan,
ayat ini adalah ayat Madaniyah, Rasulullah hijrah tahun 1 H/ tahun 622 M, jauh
sebelum para ilmuwan tersebut lahir.
Akhirnya penulis mohon maaf apabila ada kekhilafan dalam
menafsirkan ayat di atas, yang agak berbeda dengan penafsiran ahli-ahli tafsir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar